Alkisah. Riwayat nara agung, yang bukan adiwangsa, yang tidak pernah ingar dari kesah mana-mana kalam catatan dahulu.

Sang Gentayan!
Perasaan yang mulai berastakona, tidak mampu mengundang emosi rayan Sang Gentayan, Hish.. Sang Gentayan!
Wasangkamu jangan sampai jadi sibir!

Sang nara ini walakin tidak pernah sekali pun mengusung karabin berserdak belerang, dia tetap agung di zaman kegemilangannya. Pedang salju bersinar dipanah mentari tersemat kemas, dengan tangan kejap memegang garan pedang bersepuh perak itu.

Tiap detik yang berlalu, tatkala anak cahaya mentari sibuk berlari menyimbah embun pagi di hujung daun, ketika itulah jua Sang Gentayan sudah terbit di pencak perwira ini. Tidak pernah sekalipun keringat peluh Gentayan ini, masih sempat berhenti berhamburan. Andai di hitung keringat yang mengalir, sudah pasti malan seisi rumah, tidak menahan bau keringat sang nara. Pasti tangkas Nek bayan keluar ke belakang belukar mencari pucuk maman untuk menawarkan pening kepala.
Pucuk maman memang jadi petua keturunan mbah dulu-dulu, turun temurun dari Nenek-Nenek sebelum Nek Bayan menjadi bayi lagi.

Nek Bayan!

.

Comments

Popular posts from this blog

Buang Kulit Durian Boleh Di Saman RM 100,000 ?

Biji Kurma Rasa Kopi Satu inovasi

Rejuvenasi Produktiviti